Belajar Terkait Manajemen Bencana, Mahasiswa Unhan Lakukan Kunjungan Belajar Ke BNPB
Nusakini.com--Bogor--Sebanyak 24 mahasiswa magister prodi Manajemen Bencana beserta 2 Pendamping dari pihak Universitas menghadiri kunjungan belajar ke Pusdiklat BNPB Ina DRTG yang terletak di Jl. Anyar No.37, Tangkil, Kec. Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Jumat (21/01/2022).
Dalam kunjungan belajar tersebut para mahasiswa didampingi oleh Dosen Universitas Pertahanan RI, Prof. Sobar Sutisna dan pihak staff prodi Manajemen bencana Mayor Cba Wilopo sebagai Narahubung. Sementara di Pusdiklat BNPB rombongan diterima oleh Dr. Bagus Tjahjono selaku Widyaiswara utama.
Kunjungan ini berlangsung dari pukul 09:00-11:00 WIB. Kunjungan belajar ini dibuka dengan dari Prof. Sobar Sutisna dilanjutkan dengan sambutan dan materi oleh Dr. Bagus Tjahjono selaku Widyaiswara utama. Dalam pemaparannya, beliau menyampaikan materi terkait pentingnya pelatihan penaggulangan bencana yang pada hakikatnya bendanding lurus dengan respon masyarakat dalam menghadapi bencana.
“Tidak ada masa yang aman, yang ada adalah masa diantara dua bencana.” kata Dr. Bagus Tjahjono. Dalam pemaparan materinya, beliau terus menekankan pentingnya pelatihan yang harus terus dilakukan sebelum bencana itu terjadi.
Peningkatan respon masyarakat dalam menghadapi bencana termasuk dalam peningkatan kapasitas, yang tentu saja akan berdampak pada pengurangan resiko bencana. dalam pemaparannya, Dr. Bagus Tjahjono juga menggarisbawahi hakikat penanggulangan bencana yang merupakan kolaborasi multipihak yang kini dikenal dengan istilah pentahelix
Bencana yang selalu beririsan dengan setiap individu, membuat penanggulangannya menjadi urusan bersama. Konsep pentahelix menekankan pada kerjasama penanggulangan bencana oleh lima pihak, diantaranya Pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan media massa. Nilai sinergitas dan gotong-royong merupakan nilai yang terkandung dalam konsep pentahelix yang juga sejalan dengan budaya dan karakter bangsa Indonesia. Hal ini harus terus digalakkan, mengingat Indonesia sebagai wilayah yang rawan bencana. Kerangka pentahelix diharapkan dapat dimaknai sebagai kerangka kerja dalam penanggulangan bencana, agar penanggulangan bencana dapat berjalan secara efektif dan maksimal.
Pukul 10:30, penyampaian materi dan sesi tanya jawab berakhir dengan penyerahan cenderamata dan foto bersama dari BNPB dan mahasiswa serta dosen dan staf Prodi Manajemen Bencana, Fakultas Keamanan Nasional, Universitas Pertahanan RI.
Agenda kemudian dilanjutkan dengan berkeliling pusdiklat dan melihat berbagai fasilitas terkait kebencanaan yang tersedia di Pusdiklat BNPB. Pertama, mahasiswa berkesempatan melihat langsung ruang gladi posko yang kerap kali digunakan untuk simulasi tanggap darurat bencana. sejauh ini, simulasi kebencanaan yang dilakukan terfokus pada bencana alam yang memerlukan respon yang cepat dan akurat.
Selanjutnya, mahasiswa berkeliling ke gudang logistic and equipment BNPB. Di dalam gudang ini terdapat simulator gempa bumi, dilanjutkan dengan melihat inventaris kendaraan evakuasi seperti mobil untuk simulasi penyelamatan di dalam gedung.
Kegiatan kunjungan ini berlangsung sampai pukul 11:00 WIB, yang diakhiri dengan foto bersama seluruh mahasiswa Unhan berserta dosen pendamping dan staff prodi Manajemen Bencana FKN Unhan.
Ketsana Sengdara, mahasiswa asing prodi magister Manajemen Bencana yang berasal dari Laos menuturkan kesannya selama mengikuti kunjungan belajar ini. Menurutnya, kunjungan belajar ini sangat bermanfaat apalagi mengingat BNPB merupakan badan nasional terkait penanggulangan bencana.
“Saya merasa bangga dengan kesempatan untuk dapat melanjutkan studi di Prodi Manajemen Bencana FKN Unhan bersama teman-teman dari Cohort 12.
“Melalui kegiatan kunjungan belajar ini saya mendapatkan banyak ilmu dan pengetahuan baru terkait kebencanaan di Indonesia yang berbeda dengan negara asal saya. Kunjungan ini beberikan perspektif baru dalam penanggulangan bencana,” tutur Ketsana.
Ketsana juga mengampresiasi kunjungan belajar ini, dan berhadap BNPB dapat terus melakukan hal serupa dengan memberikan pengetahuan terkait kebencanaan kepada para akademisi maupun masyarakat umum, dan menjadi pusat diklat penanggulangan bencana tak hanya bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga bagi praktisi dari negara tetangga.(rilis)